Daya Tahan Pendamping dalam Pengelolaan Desa Wisata
- Ademos Indonesia
- 31 Mei 2019
- 4 menit membaca
Seminggu yang lalu tepatnya tanggal 25 Mei 2019, tim Ademos melakukan Sarasehan Pengelolaan Desa Wisata di Griya Keramik Balong Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Forum ini diadakan oleh Ademos dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Balong dalam rangka menimba ilmu pengelolaan wisata dari inisiator wisata pasar Papringan Ngadiprono Dusun Ngadiprono Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temangung Jawa tengah. Ia adalah Fransisca Callista, perempuan muda energik yang merupakan aktor di balik berdirinya pasar papringan. Ia diundang hadir untuk membagikan pengalamannya dalam mendirikan dan mengelola Pasar Papringan.
Sisca (sapaan akrabnya)mengawali ceritanya dengan Komunitas Spedagi terlebih dahulu. Spedagi adalahkomunitas yang awalnya dibentuk oleh Singgih S. Kartono. Ia adalah seorang desaineryang berhasil membuat sepeda berbahan dasar bambu. Dalam perkembangannya, sepedabambu Spedagi bukan hanya wujud sebuah produk berbasis sumber daya desa, namunjuga menjadi picu awal lahirnya gerakan Revitalisasi Desa Spedagi. Sebuahgerakan yang bertujuan membawa Desa kembali ke harkat dasarnya sebagaikomunitas lestari dan mandiri. Sisca bersama Spedagi mempunyaiideasi program Pasar Papringan ini. Iadan komunitasnya berkeyakinan bahwa tinggal di desa bukanlah sebuah aib atau terbelakang. Ia sendirimemutuskan untuk tinggal desa bukan karena tidak punyapilihan,namun karena kenyamanan dan keteguhan bahwa iabersama warga desa yang lain mampu menghasilkan sesuatu di desa.
Pada dasarnya desa sangaterat hubungannya dengan sumber pangan. Dahulu untuk memasak sayurmayur, orang-orang desa hanya tinggal memetik darilingkungan mereka, namun hari ini semakin banyak pedagang sayur mayur yang masuk ke dalamdesa dan membawa sayur-mayur dari luar desa. Budaya ini semakin mempertegas bahwa masyarakat lebihmenyukai kehidupan yang instan dan serba praktis, sehingga tidak lagi memanfaatkankomoditas yang bisa tumbuh di lingkungan sekitar. Hariini banyakorang-orang desa yang memilih untuk pergike kota. Kepentingannya antara lain untuk belajar (karena tidak adafasilitas belajar di desa), untuk mencari uang, dan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.Keadaan ini semakin memperparahtergerogotinya potensi desa oleh permasalahan yang ada di dalamnya.
Berkenaan dengan study kasus pasar papringan yang bukan hanya tentang pasar yang layak untuk dipotret dan instagramable, tetapi tentang budaya dan kearifan lokal yang pernah hidup di sana. Mayoritas masyarakat Temanggung menggunakan bambu dalam segala lini kehidupan. Bambu adalah tumbuhan yang banyak menghasilkan oksigen, ia tumbuh tanpa pestisida dan tumbuh lebih cepat daripada tumbuhan lainnya. Namun masyarakat semakin hari semakin melupakan kearifan lokal. Demikian halnya yang terjadi di Dusun Ngadiprono. Pohon bambu yang ada di sana tidak dirawat dengan baik, dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, penuh genangan air dan menjadi sarang nyamuk. Jalan trasah yang menjadi ciri khas desa, atas nama modernisasi diubah menjadi jalan-jalan aspal yang sebenarnya tidak berfungsi lebih baik dari jalan trasah itu sendiri. Selain berfungsi lebih baik dalam hal penyerapan air, jalan trasah bernilai seni yang indah ketika dipandang.
Berlatar belakangkan permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut, Sisca bersama Spedagi dan komunitas Mata Air di dusun Ngadiprono mewujudkan ideasi Pasar Papringan. Jadi ide dasar berdirinya Pasar Papringan adalah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Sebenarnya isu yang diangkat adalah isu konservasi kebun bambu, bukan papringan dengan segala sesuatu yang dijual di sana. Tetapi Pasar Papringan adalah kemasan yang digunakan untuk melakukan konservasi lingkungan.
Seiring berkembangnya Pasar Papringan, Sisca dan segenap orang yang terlibat dalam Pasar Papringan tidak gampang merasa puas. Sisca dan tim selalu melakukan evaluasi setiap Pasar Papringan selesai digelar. Sisca juga mempertegas bahwa Pasar Papringan tidak menjual kemiskinan, artinya ia tidak menjual barang dengan embel-embel rasa kasihan. Konsepnya adalah masyarakat tetap diharuskan menjual produk-produk yang berkualitas yang layak untuk dibeli dan menarik bagi konsumen. Berikut adalah fakta-fakta tentang pasar Papringan yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangannya.
Pasar papringan harus bebassampah plastik, tidak boleh ada satuproduk pun yang mengandung penggunaan plastik
Pasar Papringan menyajikan suasanayang sejuk, nyaman, bersih dan nostalgia(mengundang orang untuk mengingat masa lalu)
Pasar Papringan dikelola olehwarga lokal secara kreatif dan kolaboratif
Basis pengembangan PasarPapringan adalah edukasi untuk membangun mimpi bersama antara masyarakat dan komunitas yangmenjadi inisiator
dibukanya pasar papringan berdasarkan penanggalan jawa yakni selapandua kali (35 hari dua kali)
Denganmelestarikan menu yang dijual di pasar Papringan, kitamenjembatani generasi masa kini belajar kepada beliau yang menjaga pengetahuan(mbah-mbah)
Fakta-fakta ini selalu dijaga dan dilestarikandengan melanggengkan prinsip-prinsip berikut:
Penggalian ide itu harus otentik, sehingga karya yang diciptakan itukuat memiliki akar dan tidak mudah roboh. Beda sekali dengan yang asal copas, ia tidak akan memiliki akar.
Kita perlu menjaga kualitas – produk layanan – dan hubunganmasyarakat
Ekonomi – lingkungan – sosial budaya itu harus dijagakeseimbangannya sehingga bisa mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan
Kita harus berdaya, kita bisa memutar kreatifitas dan tidakbergantung pada dana-dana hibah CSR sumbangan dan lain-lain
Sejauh ini, manfaat yang dirasakan masyarakat sejak adanya pasarpapringan antara lain:
Lingkungan : tidak lagi bau,tidak ada banyak nyamuk, lebih rapi, hasil panen bambunya kebih baik
Perekonomian meningkat
Di bidang sosial,masyarakat lebih guyub rukun dan persaudaraan semakin erat
Di bidang budaya, segala bentuk kearifanlokal terangkat
Daya tahan pendamping dalam pelaksanaan program yang serupa dengan Pasar Papringan atau kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif lainnya yang mana melibatkan masyarakat secara langsung sangat penting untuk dijaga. Orang-orang seperti Sisca dan komunitas yang mendampingi pelaksanaan program konservasi lingkungan melalui media Pasar Papringan ini adalah orang-orang pilihan yang perlu ditiru semangat dan dedikasinya. Semangatnya dalam membangun desa dan masyarakatnya membuatnya mampu berpikir kreatif serta aktif dan sangat produktif di usia yang masih relatif muda.



Komentar