Menjadi Kartini di Tengah Pandemi
- Ademos Indonesia
- 21 Apr 2020
- 3 menit membaca
Ademos Indonesia – Hari ini merupakan satu hari yang penting bagi para ibu dan seluruh perempuan di Indonesia. Ia diingat sebagai hari kebangkitan perempuan, yang mana pada hari ini 21 April 141 tahun silam, lahirlah seorang perempuan jawa yang berjasa dalam hal kebangkitan perempuan di Indonesia. Dia adalah Raden Adjeng Kartini, seorang putri Bupati Jepara yang menjalani pingitan dengan belajar dan menciptakan banyak karya. Sebagai seorang bangsawan, dia tentu tidak dinikahkan dengan sembarang pria. Kartini yang saat itu berusia 24 Tahun akan dipersunting oleh seorang laki-laki bernama K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang menjabat sebagai bupati Rembang. Jika hanya melihat harta dan tahta tentu kebanyakan perempuan akan dengan mudah menerima perjodohan ini.
Kartini adalah seorang gadiscerdas yang idealismenya sudah terbentuk sejak ia menjalani masa pingitan yaknidi kisaran usia 14 tahun. Berbeda dengan perempuan jawa lainnya yang cenderungtidak memiliki pendirian, Kartini justru bersikukuh untuk menentukan arahkehidupannya sendiri. Saat adat Jawa mengharuskan seorang perempuan berusia 12tahun berhenti belajar, menjalani pingitan hingga kemudian menikah denganlelaki pilihan orang tuanya, Kartini menjadi pelopor dari perubahan adatistiadat yang tumbuh dan berkembang di Jawa tersebut. Ia memang menjalanipingitan selama menjalani pingitan ia tidak hanya berdiam dan tidak berhentiuntuk belajar. Alasannya tak lain adalah dia ingin melihat dunia yang lebihluas di luar sana. Rasa ingin tahunya tinggi dan keinginannya untuk belajarjuga sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan bukti korespondensi yang ia lakukandengan perempuan berkebangsaan Belanda bernama Rosa Abendanon dan beberapakarya tulis yang sempat diterbitkan di media milik Belanda saat itu. Isikorespondensi yang dilakukan juga tidak main-main, ia banyak bertukar ceritatentang kondisi sosial perempuan yang ada disekitarnya. Satu bentuk analisayang tidak banyak dilakukan oleh perempuan Jawa lainnya pada saat itu. Karenagigih dan tidak pantang menyerah, pemikiran Kartini ini akhirnya memilikipengaruh besar pada kebangkitan dan kemajuan perempuan di Indonesia.
Hari ini barangkali permasalahanyang dihadapi oleh perempuan Indonesia tidak lagi sama dengan permasalahan yangdihadapi oleh Kartini pada zaman dahulu. Saat ini, tidak ada adat istiadat maupunaturan tertulis yang membatasi perempuan Indonesia untuk menentukan pilihannyasendiri. Perempuan Indonesia boleh menentukan kehendaknya untuk belajar,bekerja, atau justru berumah tangga. Hari ini juga sudah tidak lazim bagi paraorang tua untuk memingit dan menjodohkan anak perempuannya dengan laki-lakiyang sudah mereka pilihkan. Tetapi tentu ada permasalahan lain yang tidak kalahpentingnya dan sagat memerlukan ide-ide, pemikiran dan perjuangan dari paraperempuan di Indonesia. Terutama dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.
Sudah satu bulan, negaramenghadapi situasi pandemi covid-19 di seluruh wilayah. Segala resiko dandampak buruk yang dapat terjadi, tentu tidak dapat diselesaikan sendiri olehpemerintah tanpa kerjasama dan kooperasi bersama masyarakat. Dalam halpendidikan dan rumah tangga di situasi pandemic seperti in,i peran perempuansangat mendominasi. Selain mengatur urusan rumah tangga, perempuan (terutamaibu) juga dituntut untuk dapat memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Setelahpemerintah menerbitkan peraturan untuk bekerja dan belajar dari rumah, seluruhlembaga pendidikan di Indonesia harus melakukan kegiatan belajar dan mengajarsecara online (dalam jaringan). Siswa-siswi di seluruh wilayah tetap diwajibkan untuk belajar dengan caramengakses pembelajarannya melalui internet. Kegiatan ini tentu menjadi satukebiasaan baru bagi siswa dan penting bagi mereka untuk beradaptasi dengankebiasaan ini.
Kegiatan pembelajaran dari rumahini banyak melibatkan peran ibu. Seorang Ibu mau tidak mau harus bisamenghadirkan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi anak,agar mereka tidak jenuh dalam menghadapi situasi belajar seperti ini.Bentuk-bentuk kreatifitas yang bisa dilakukan oleh ibu antara lain denganmemperbanyak buku bacaan untuk anak, mengenalkan anak pada dolanan (mainan)khas anak Indonesia, mengajak anak untuk memasak jajanan sehat, mengajarkankepada anak untuk membiasakan hidup bersih dan sehat serta memperhatikan danmengajak anak beribadah dari rumah secara rutin dan istiqomah.
Di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, peran-peran sosial para perempuan juga sangat dibutuhkan. Di lingkungan desa di berbagai forum, perempuan adalah salah satu media efektif untuk publikasi informasi dan penyampaian himbauan. Perempuan bisa mengambil peran untuk publikasi informasi yang benar tentang wabah covid-19 dan juga cara-cara agar terhindar dari wabah tersebut. Selain itu, perempuan juga dapat memberikan contoh yang baik dalam hal penerapan jaga jarak sosial dan jaga jarak fisik di lingkungan masing-masing. Upaya ini harus dilakukan dalam rangka saling menjaga antar sesama dari ancaman wabah. Semoga upaya ini dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dunia lekas membaik. (Ananing)


Komentar