Sekilas tentang Social Distancing dan Implikasinya
- Ademos Indonesia
- 24 Mar 2020
- 2 menit membaca
Oleh : Tim Ademos
Ademos Indonesia – Melonjaknya kasus terkait Covid-19 yang merupakan salah satu jenis virus Corona di Indonesia pada akhirnya mengharuskan Presiden Joko Widodo mengeluarkan imbauan agar orang-orang mulai bekerja dari rumah atau work from home (WFH),sebagai salah satu upaya untuk melakukan pembatasan interaksi sosial atau social distancing. Apa sebenarnya social distancing itu? Secara sederhana, social distancing merupakan proses menjaga jarak antara satu orang dengan orang yang lain. Judy Moskowitz, Profesor Ilmu Sosial Kedokteran Universitas Northwestern juga menyebut social distancing sebagai bentuk diet interaksi sosial. Dalam kaitannya dengan penanganan terhadap virus corona, Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito melalui Kompas.com, —seperti halnya pakar dan sumber-sumber lain, turut mengungkapkan bahwa social distancing diperlukan agar masyarakat dapat mengurangi percepatan persebaran Covid-19. Apa kira-kira implikasi dari diterapkannya imbauan social distancing?
Nicholas Christakis,seorang ilmuwan sosial sekaligus dokter di Universitas Yale menyebutkan,pandemi tidak saja menguji ketahanan manusia secara fisik, namun juga secarasosial. Hal ini disebabkan oleh tuntutan agar setiap orang bertindak kooperatifuntuk dapat mengurangi laju penyebaran virus, salah satunya dengan tetapmenjaga rambu-rambu social distancing.Hal ini tentu tidak mudah, mengingat secara struktural maupun kultural, kitaterbiasa bekerja secara kolektif, melakukan pertemuan-pertemuan, dan secaraintens berkomunikasi dengan jarak dekat. Keadaan ini berimplikasi pada banyakhal: produktifitas, laju perekonomian, kesehatan mental, dan beberapa hallainnya. Beberapa hal tersebut di antaranya sebagai berikut:
Pertama, berubahnya pola kerja pada pekerja sektorinformal seperti driver transportasionline. Berdasar laporan dari Akurat.co (19/03), kebijakan WFH untuk mengurangiinteraksi sosial, terpaksa harus menutup beberapa instansi seperti sekolah,perguruan tinggi, perusahaan, dan sektor lain. Hal tersebut rupanya secarasignifikan mengurangi pesanan untuk mengantar pelanggan yang biasanya pergibekerja maupun bersekolah. Meskipun di lain sisi, driver transportasi online juga mendapat keuntungan dari viturpengantaran barang dan makanan akibat orang-orang membatasi untuk pergi sendirikeluar rumah.
Kedua, di sektor kesehatan, terjadi penurunan stokdarah di beberapa daerah salah satunya Surabaya. Melansir situs Tribunnews.com(19/03), disebutkan bahwa stok darah menurun sekitar 60% sejak penerapan social distancing. Menanggapi haltersebut, PMI Surabaya menempuh upaya penambah jam kerja hingga tiga shift.Harapannya, stok darah terpenuhi, dan masyarakat tidak perlu datang secaraberbondong-bondong karena jam kerja telah ditambahkan. Berbeda dengan PMISurabaya, PMI Makasar mengambil kebijakan relawan ‘on call’. Kebijakan ini dilakukan dengan mendata sekitar 800pendonor yang siap donor apabila terjadi penurunan pendonor sukarela akibat social distancing.
Ketiga, dampak secara mental. Mengingat social distancing bukan bentuk rutinitasbagi masyarakat, sangat memungkinkan berpengaruh terhadap kesehatan mental.Terutama bagi mereka yang terbiasa bekerja dan berkoordinasi secara langsung,harus mengubah cara kerja secara signifikan. Juga bagi mereka yang terbiasaberkumpul bersama teman-teman, dan harus mengurung diri di rumah, menjauh darikerumunan. Substance Abuse and MentalHealth Services Administration (SAMHSA), bagian dari Departemen Kesehatandan Pelayanan Publik Amerika Serikat menerbitkan panduan-panduan yang dapatdiambil agar kita terhindar dari stress akibat social distancing, salah satunya dengan tetap menjaga komunikasidengan rekan kerja, teman, atau orang-orang yang biasa berkomunikasi dengankita melalui panggilan video maupun aplikasi lain yang mendukung. Hal ini dapatdilakukan selain bekerja dari rumah, maupun anjuran membaca buku dan menontonfilm.
Tiga hal di atasmerupakan sedikit contoh implikasi penerapan social distancing, dan ketiganya masih belum menyentuh aspek-aspekyang berkaitan dengan kegiatan perekonomian di desa. Harus diakui, social distancing memang cenderungberpijak pada interaksi sosial masyarakat kota yang sangat intens sehinggapenting untuk dibatasi. Dengan demikan, perlu terus menunggu jika ingin melihatkebijakan seperti apa yang akan diterapkan pada perekonomian masyarakat desaberkaitan dengan social distancing. Bagianterpentingnya adalah, tetap jaga jarak. Lindungi diri kita dan orang-orang disekitar kita.


Komentar